PASRAMAN BHUANA PUJA


1.    Sejarah Pendirian Pasraman Bhuana Puja
Pasraman Bhuana Puja berdiri pada tahun 2001 berdasarkan SK dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Musuk nomor 454.3/001/KEP/PHDI/2001 per tanggal 1 November 2001. Pasraman Bhuana Puja merupakan pasraman non formal dimana pendirian dan pengelolaan pasraman dilakukan oleh masyarakat bekerjasama dengan pemerintah. Wujud kerjasama antara pengelola pasraman dengan pemerintah tercermin dalam pelaksanaan Pasraman Bhuana Puja sebagai berikut :
a. Dalam hal keadministrasian Pasraman Bhuana Puja melaporkan keberadaan dan pola pelaksanaan kegiatannya kepada pihak pemerintah terutama kanwil depag Propinsi Jawa Tengah.
b. Pasraman Bhuana Puja juga melaporkan keberadaanya kepada pihak desa atau Kepala Desa. Hal itu dikarenakan pasraman ini berada disuatu desa.
c.   Bentuk kerjasama yang lain tercermin dalam hal pendanaan dimana pihak pengelola pasraman meminta bantuan kepada pihak pemerintah melalui departemen agama maupun kepada pemerintah tingkat II Boyolali. Hal itu dikarenakanb dari pemerintah terdapat anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan yang berbasiskan keagamaan. Disisi lain dana bantuan tersebut sangat bermanfaat untuk menopang keberadaan pasraman.
Dahulunya Pasraman Bhuana Puja adalah kegiatan perkumpulan yang dilaksanakan tiap hari Minggu yang diadakan sejak tahun 1988, dimana perkumpulan anak muda Hindu ini berlangsung tiap hari Minggu jam 13.00. Adapun yang menjadi inti kegiatannya yaitu arisan atau kumpul mingguan, dimana dalam kegiatanya diisi dengan beberapa kegiatan lain selain arisan yaitu latihan tari, kidung, sloka, jejahitan dan pemberian materi lain yang bernuansakan agama Hindu.
Peserta kegiatan mingguan tersebut tergolong sangat banyak pada kisaran tahun 1988-1996 pesertanya mencapai 80 orang. Pada kurun waktu 1996-2000 terjadi penurunan peserta dimana pesertanya hanya berjumlah sekitar 50 orang yang kebanyakan hanya anak kecil. Penurunan peserta ini terjadi karena banyak dari aktivis muda yang menikah dan merantau ke luar daerah, karena aktivisnya menghilang maka semangat peserta yang lainyapun juga menghilang sehingga jarang berangkat.
Sejak tahun 2001 kegiatan mingguan ini diubah namanya menjadi Pasraman Bhuana Puja dengan harapan lebih mengkokohkan bentuk keorganisasian dan pola pelaksanaanya karena pasraman memiliki landasan hukum yang kuat di negara Indonesia.
Adapun yang menjadi pendorong atau pemicu berdirinya Pasraman Bhuana Puja di desa Karanganyar yaitu :
a.  Desa Karanganyar merupakan basis utama umat Hindu di wilayah Kecamatan Musuk karena jumlah umatnya paling banyak dan fasilitas paling memadahi dibandingkan di wilayah yang lain di kecamatan Musuk.
b. Kurangnya pendidikan agama Hindu bagi anak dalam keluarga, dimana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani.
c.     Jumlah umat Hindu yang berada dalam usia sekolah cukup banyak sehingga ada obyek dalam pasraman.
d.  Di desa Karanganyar terdapat banyak Guru maupun Pegawai Negeri Sipil PNS yang beragama Hindu, jumlahnya ada 11 orang. Hal ini sangat memungkinkan bilamana mendirikan pasraman karena Sumber Daya Manusianya (SDM) bisa dibilang mencukupi atau mampu untuk melaksanakan.
Pola kehidupan masyarakat yang bersifat geimenskap (paguyuban) sangat memungkinkan terjadinya hubungan yang erat antara Masyarakat dengan pengurus pasraman.
Hal-hal tersebut diataslah yang melatar belakangi pendirian Pasraman Bhuana Puja di Desa Karanganyar, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Bila kita kaji dengan Undang-undang pendidikan nasional pasal 38 bahwasanya Pasraman Non formal pendirianya dilaksanakan oleh organisasi kemasyarakatan dan pengelolaanya dilaksanakan oleh masyarakat, jadi hal ini sama dengan Pasraman Bhuana Puja yang didirikan oleh lembaga keagamaan Hindu yang disebut Parisada hindu Dharma Indonesia Desa Karanganyar.
2.    Tujuan Pendirian Pasraman Bhuana Puja
Sebagai sebuah lembaga atau organisasi yang bergerak dalam bidang agama Hindu, tentunya dalam pendirian organisasi tersebut memiliki tujuan baik secara umum maupun secara khusus. Adapun yang menjadi tujuan dalam pendirian pasraman bhuana puja yaitu :
a.    Tujuan Umum
1)   Sebagai tempat atau ajang menunjukkan eksistensi umat Hindu di kalangan masyarakat umum yang berada di Desa Karanganyar.
2)  Sebagai usaha keikut sertaan masyarakat Hindu di desa Karanganyar dalam mencerdaskan kehidupan Bangsa.
b.    Tujuan Khusus
Yang dimaksud tujuan khusus dalam hal ini yaitu tujuan yang berarah pada kehidupan intern umat Hindu di Desa Karanganyar. Tujuan tersebut antara lain :
1)    Sebagai tempat pemberian pelajaran tambahan bagi siswa yang beragama Hindu.
2)  Menciptakan hubungan dan komunikasi yang lebih erat di kalangan generasi muda Hindu di Desa Karanganyar.
3)   Memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan keagamaan Hindu kepada generasi muda dan umat Hindu.
Tujuan yang dipaparkan diatas bila kita bandingkan dengan peraturan dari pemerintah mengenai tujuan pembentukan pasraman bisa dikatakan sudah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh buku panduan dari departemen agama Republik Indonesia.

Yang dimaksud pola pembelajaran yaitu gambaran penyampaian materi dari pengajar kepada siswa yang diajar, dimana aktivitas tersebut dilaksanakan secara rutin dan kontinyu. Tahapan pembelajaran di Pasraman Bhuana Puja belum dilaksanakan secara menyeluruh, dalam arti pembagian tahapan dalam pasraman belum optimal seperti dalam sekolah formal. Pola pembelajaran di Pasraman Bhuana Puja terbagi dalam dua kelompok atau dua kelas yaitu kelompok hari minggu dan kelompok malam minggu, yang tergolong dalam kelompok sekolah dasar dan kelompok generasi muda.
1.    Pasraman Hari Minggu
Pelaksanaan pembelajaran pada kelompok siswa Sekolah Dasar dilaksanakan tiap hari Minggu jam 13.00 s/d 16.00. Dimana kelompoknya dibagi menjadi dua yaitu kelompok siswa Kelas 1-3 SD dan kelompok siswa kelas IV – VI SD. Hal itu dikarenakan bilamana siswa Kl I – VI SD digabung dalam satu wadah pembelajaran maka akan terjadi kesenjangan pelajaran. Bila siswa yang duduk di kelas bawah menerima pelajaran dengan taraf siswa yang berada di kelas atas maka siswa tersebut tidak akan paham hal yang akan diajarkan. Sedangkan kelas atas menerima pelajaran seperti siswa yang ada di tahap bawah maka akan merasa cepat bosan dan pelajaran tersebut dirasa sudah basi.
Yang menjadi pertimbangan penyatuan siswa dari kelas I – III SD dikarenakan pola pikir mereka belum terlalu jauh berbeda dalam arti mereka masih sangat menginginkan pelaksanaan pasraman dengan materi yang ringan dan banyak diselingi dengan permainan.sedangkan siswa kelas IV –VI akan lebih menyukai pelajaran yang sudah agak serius.
Di pasraman lain di wilayah Kabupaten Boyolali kegiatan pasraman umumnya dilaksanakan pada hari minggu pagi sekitar jam 09.00 WIB. Adapun yang menjadi alasan Pasraman Bhuana Puja melaksanaan kegiatan pada siang hari jam 13.00 yaitu sebagai berikut :
a.  Hampir semua warga desa Karanganyar berprofesi sebagai Petani, andaikan non petani atau pegawai negeri pasti mereka memiliki memiliki sambilan bertani / beternak. Sehingga diwaktu pagi guru atau pengajar pasti pergi ke ladang untuk bertani atau mencari rumput untuk ternak mereka.
b.  Sebagian dari anak-anak SD yang sudah cukup dewasa biasanya sudah belajar membantu orang tua baik masak, ataupun mencuci baju mereka sendiri.
c. Pukul 13.00 – 15.00, idealnya merupakan waktu istirahat siang, namun waktu ini digunakan untuk melaksanakan kegiatan pasraman agar semua kegiatan pokok warga pasraman tidak terganggu.

2.    Pasraman Malam Minggu
Pada sesi ini yang melaksanakan pasraman yaitu siswa Hindu yang berada di tahapan SLTP ke atas dalam arti dari siswa SLTP sampai dengan generasi muda yang belum menikah. Dalam sesi ini hanya menjadi satu kelas dimana mata pelajaran yang diajarkan kebanyakan pengatahuan tentang agama Hindu secara umum bukan tentang pelajaran di sekolah.
Waktu pelaksanaan pasraman ini dilakukan dari jam 07.00 – 09.00. (2 Jam) waktu tersebut merupakan waktu yang formal dalam waktu yang dibuat atas kesepakatan bersama. Di sisi lain sering aktivitas pasraman tidak hanya sekedar sampai jam 21.00 namun sampai jam 03.00. waktu yang berlebihan tersebut sering terjadi namun diluar konsep pasraman yang resmi, dimana para siswa senang berbincang bincang dan berlatih melakukan Brata.
Terkadang pada waktu-waktu tertentu ada kegiatan meditasi bersama yang dilakukan jam 00.00, hal itu dilakukan karena banyak dari siswa pasraman yang senang dengan belajar meditasi. Namun kegiatan ini sudah berada diluar jadwal pasraman yang resmi.
Kegiatan pasraman ini dilaksanakan pada malam Minggu dari pukul 19.00 sampai dengan 21.00. adapun yang menjadi alasan pemilihan waktu ini sebagai berikut :
a.  Pada hari minggu siswa libur dari sekolah formal sehingga waktu ini tidak begitu menggangu aktivitas belajar para siswa.
b. Pada waktu malam jarang anak didik atau pengajar yang memiliki aktivitas yang wajib atau harus dilaksanakan, sehingga waktu ini bisa dilaksanakan.
c. Pemilihan waktu dari jam 19.00 – 21.00 karena pada waktu itu para siswa dan peserta idealnya sudah mandi sore dan makan malam, jadi pada waktu kegiatan tidak ada yang merasa kelaparan, diakiri jam 21.30 karena bila terlalu malam menimbulkan gunjingan dari warga masyarakat dan sebagian siswa sudah mengantuk.
d. Karena wilayah ini merupakan wilayah pedesaan jadi budaya anak muda untuk Wakuncar di malam minggu tidak begitu membudaya di sebagian besar peserta pasraman.

Yang menjadi perserta di Pasraman Bhuana Puja yaitu dari siswa TK s/d generasi muda <25 tahun atau dalam pengertian lain pesertanya dilaksanakan oleh umat Hindu yang berada dalam usia belum menikah. Jumlah siswa pasraman Bhuana Puja yaitu 55 siswa, hal itu dapat diketahui dari daftar hadir dan peserta yang terdaftar sebagai siswa pasraman.
Dari 55 siswa pasraman, yang terdaftar mengikuti kegiatan di hari minggu sebanyak 24 siswa yang mana mereka merupakan siswa sekolah Dasar. Sedangkan untuk kegiatan pasraman malam minggu pesertanya sebanyak 36 Siswa yang terdiri dari SLTP, SLTA, dan Umum. Dari keseluruhan peserta pasraman tersebut dapat diklasifikasikan menurut jenjang pendidikanya sebagai berikut :
1.   Siswa yang duduk di bangku sekolah dasar berjumlah 24 anak yang terdiri dari 15 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki, yang terbagi dalam enam kelas dari kl I s/d Kl VI. Keseluruhan siswa SD ini berada dalam satu naungan sekolah formal yaitu SD N 2 Karanganyar. Rata-rata usia siswa pada tahapan ini berkisar dari 6-12 Tahun.
2.   Siswa yang berada di tahapan SLTP berjumlah 10 siswa, yang terdiri dari 6 orang siswa laki-laki dan 4 orang siswa perempuan. Dimana 10 siswa tersebut tersebar di berbagai SLTP dan terbagi dalam beberapa kelas dari siswa Kelas VII – IX SLTP.
3.   Siswa Pasraman Bhuana Puja yang berada pada tingkatan SMU, atau bersekolah di SMU berjumlah 8 orang yang terdiri dari 4 siswa perempuan dan 4 siswa laki-laki. Dimana kedelapan siswa tersebut tersebut tersebar di berbagai sekolah dan terbagi dalam 3 tingkatan.
4.   Selain berpendidikan di SD, SMP dan SMA ada beberapa siswa dari Pasraman bhuana Puja yang bersetatus sebagai Mahasiswa atau menempuh studi di perguruan tinggi, jumlah siswa yang berada di tingkatan perguruan tinggi sejumlah 11 orang, yang terdiri dari 6 laki-laki dan 5 perempuan. Dimana dari kesebelas orang tersebut tersebar di berbagai perguruan tinggi baik Negeri maupun swasta yang berada di wilayah Solo maupun Jogja, sehingga hampir disetiap malam minggu bisa mengikuti kegiatan pasraman. Yang lebih membanggakan lagi bahwasanya dari 11 orang yang bersetatus mahasiswa tersebut ada 6 orang yang bersetatus sebagai mahasiswa di STHD Klaten.
5.   Selain itu juga ada siswa Pasraman Bhuana Puja yang tidak bersekolah atau sudah bekerja, jumlah mereka yaitu 10 orang yang terdiri dari 2 siswa perempuan dan 8 siswa laki laki.

Adapun yang menjadi program kerja atau rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan Pasraman Bhuana Puja dari bulan juli 2007 Sd 30 Juni 2008 sebagai berikut :
1.    Melaksanaan Kegiatan Pasraman Tiap Malam Minggu dan Minggu Siang
2.    Mengadakan Tirta Yatra Ke Candi Boko
3.    Mengadakan Pesantian Tingkat Kecamatan
4.    Mengadakan Tirta Yatra ke Candi Ceto
5.    Mengadakan Kegiatan Tirtayatra ke Pura di Sekitar Kecamatan Musuk

Dalam melaksanakan kegiatan di Pasraman Bhuana Puja tentunya tidaklah lepas dari materi atau bahan yang diajarkan oleh pengajar kepada para siswanya. Materi yang diajarkan meliputi beberapa katagori, yang menyesuaikan dengan kondisi para siswa antara lain sebagai berikut :
1.  Materi yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah; materi ini diajarkan untuk menunjang pembelajaran siswa di sekolah dan untuk menambah pemahaman siswa pasraman tentang konsep-konsep dalam Agama Hindu.
2.  Materi agama hindu yang bersifat umum; kegiatan ini dilaksanakan untuk memperluas wawasan siswa pasraman tentang perkembangan agama Hindu. Yang menjadi bahasan utamanya sekitar berita atau isu-isu yang berkembang di masyarakat Hindu. Contohnya isu tentang sulitnya perkawinan dalam Hindu, apakah umat Hindu harus seperti orang bali, mitos–mitos dalam masyarakat dipandang dari pandangan umat Hindu.
3.    Materi yang berhubungan dengan ketrampilan beragama Hindu di Masyarakat; Dalam kontek ini para siswa diajarkan tentang ketrampilan yang dilaksanakan umat hindu dalam kehidupan bermasyarakat. Misalkan membuat banten dalam upacara, mejejahitan atau rias janur untuk upacara keagamaan maupun kegiatan bermasyarakat.
4.    Latihan Meditasi; materi ini diajarkan dalam kegiatan pasraman dengan tujuan untuk membangun jiwa atau mental para peserta pasraman dan juga untuk membekali mental para peserta pasraman dengan kemampuan yang bersifat spiritual. Latihan ini biasanya untuk kegiatan malam minggu dalam sebulan sekali pemberian materinya dan latihanya dilaksanakan oleh sebagian siswa pasraman tiap malam minggu jam 00.00 WIB.
Dari penelitian yang dilaksanakan mendapatkan suatu fenomena bahwasanya siswa sering merasa bosan dengan pelajaran yang disampaikan di pasraman. Hal itu didasarkan dari hasil penelitian dari angket yang dibagikan kepada para siswa bahwasanya alasan dari para siswa malas mengikuti pasraman karena merasa bosan dengan penyampaian materi terutama bila yang menyampaikan para orang tua atau sesepuh, para siswa merasa terlalu serius sehingga mereka merasa malas.
Di sisi lain hal bertolak belakang disampaikan oleh para pengajar bahwasanya para pengajar sudah berusaha membuat program semenarik mugkin dan memvariasikan cara penyampaian materi mereka. Adapun beberapa cara penyampaian materi yang dilaksanakan oleh pengajar yaitu :
1.    Dengan melakukan dharmawacana
2.    Dengan pemberian makalah dan menerangkanya
3.    Dengan melakukan simulasi
4.    Denggan melakukan praktek bersama untuk kegiatan jejahitan dan baca sloka.
Dari hasil survey yang dilakukan diketahui bahwa materi yang paling membosankan yaitu pada materi latihan sloka dan dharmawacana, sehingga bila siswa dikasih tahu akan diisi materi membaca sloka maka yang datang pasti hanya orang sedikit. Hal ini menyebabkan untuk materi latihan membaca sloka jarang dilaksanakan.
Dari hasil survey juga dapat diketahui bahwa materi / kegiatan yang paling disenangi oleh para siswa dalam mengikuti kegiatan pasraman yaitu pada sesi game dan tirta yatra. Untuk program tirtayatra selama ini pesertanya selalu banyak rata-rata hamper keseluruhan dari peserta pasraman dapat mengikuti dan mereka merasa senang walaupun harus membayar beberapa rupiah untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut. Untuk menanggapi fenomena tersebut maka pihak pengajar membuat simulasi game yang berisikan materi agama Hindu. Langkah tersebut dirasa cukup efektif dalam menarik minat siswa dan berlangsungnya proses pentranformasian ilmu dari pengajar kepada para siswa.

Yang dimaksud dengan sumber daya manusia yaitu kemampuan manusia untuk menyerap pendidikan yang dilewatinya dan memiliki mentalitas yang mendukung keberhasilan tugas-tugas yang diberikan kepadanya (Salim, 2006 : 2). Jadi dalam kontek ini yang dimaksud sumber daya manusia yaitu kemampuan guru pasraman untuk memberikan materi maupun kemampuan siswa untuk menyerap materi yang diajarkan.
Bila dilihat dari pendidikan pengajar di Pasraman Bhuana Puja bisa dikatakan mencukupi karena di desa Karanganyar ini memiliki guru atau pegawai negeri beragama Hindu yang secara umum berpendidikan cukup banyak yaitu 12 orang. Bila dilihat dari siswanya banyak dari mereka yang sedang menempuh belajar di perguruan tinggi sebanyak 11 orang.
Di pasraman Bhuana Puja ini yang menjadi pengajar yaitu semua orang yang beragama Hindu yang berprofesi sebagai guru ditambah 3 orang dari kalangan kepemudaan yang memiliki reputasi dan basik pendidikan yang cukup bagus. Jadi jumlah pengajar di pasraman ini yaitu sebanyak 13 orang.
Namun fenomena yang terjadi hanya ada empat orang yang aktif mengajar di pasraman Bhuana Puja, yaitu satu orang guru dan tiga orang dari pemuda yang selalu aktif memberikan pelajaran kepada para siswa di pasraman tiap minggunya. Dari hasil penelitian yang dilakukan kebanyakan dari guru yang tidak mengajar itu dikarenakan tidak adanya mandat atau pendelegasian dari ketua pasraman supaya guru tersebut mengajar pada waktu tersebut. Disisi lain karena tidak adanya jadwal giliran mengajar di Pasraman Bhuana Puja.
Bagaimanapun juga pemberian mandat dari pimpinan kepada anak buah sangat penting karena karena bila bila tidak ada pemberian mandat maka rasa tanggung jawab dari personal dalam suatu organisasi akan hilang dan pasti akan mempengaruhi kinerja dari suatu organisasi